"World Peace Forum (WPF) adalah kegiatan dwi tahunan yang diselengarakan oleh PP Muhammadiyah dan Ceng Ho Multicultre Education Trust yang berpusat di Kuala Lumpur Malaysia di bawah ketua Tan Sri Lee Kim Yew, seorang penguasaha besar Malaysia tapi memiliki kecenderungan pada perdamaian dunia dan juga CDCC," ucap ketua CDCC Din Syamsuddin dalam sambutan di Istana Negara, Jakarta, Selasa (1/11/2016).
Rencananya, pertemuan akan berlangsung pada 1-4 November 2016 di Hotel Sahid, Jakarta. Hadir dalam acara itu Presiden Jokowi, Menko PMK Puan Maharani, Menko Polhukam Wiranto, Mensesneg Pratikno, Wakil Ketua DPR Agus Hermanto, Wakil Ketua MPR Oesman Sapta, dan peserta WPF ke-6 dari berbagai negara termasuk para dubes.
Din mengatakan WPF sudah dimulai sejak tahun 2008 dan tahun ini memasuki ke-6, dengan tema 'Countering Violent Extremism: Human Dignity, Global Justice and Collective Responsibility'.
"Tema yang kami pandang sangat urgent sangat penting, bahkan tepat waktu dan sekarang dunia tengah hadapi ancaman peradaban, sekaligus kejahatan kemanusiaan yang luar biasa. Yaitu merajalelanya kekerasan yang bersifat ektrim, baik atas nama agama, etnosentrisme, termasuk juga atas nama kepentingan politik," papar Din.
"Oleh karena itu tema ini harus bahas bersama-bersama untuk itu WPF ke-6 tekankan kepada keterkatian dengan human dignity karena kekerasan berdasarkan agama telah merusak harkat dan martabat kemanusiaan, dan sekaligus ingin kita teguhkan akarnya pada ketidakadilan global, karena itu kita ingin adanya kebersamaan masyarakat dunia dalam tanggungjawab," imbuhnya.
Din menyebut WPF ke-6 ini dihadiri sekitar 200 peserta. Ada 91 peserta dari 52 negara terdiri dari para tokoh berbagai agama, juga tokoh politik, intelektual, ada juga pengusaha, dan para pekerja perdamaian. Acara digelar di Jakarta mulai besok hingga 3 November.
"Dengan maksud masalah yang kita hadapi terutama menanggulangi ketiadaan perdamaian dewasa ini haruslah dengan kerja sama, tidak bisa hanya tokoh agama, tapi harus melibatkan pihak lain termasuk pemerintah, negara, dunia usaha, intelektual termasuk media," ucap Din.
Selanjutnya, acara dibuka oleh Presiden Jokowi.